PENDAHULUAN
Lada (Piper nigrum L.)
merupakan tanaman rempah-rempah yang potensial dan mempunyai nilai
ekonomi tinggi dalam perdagangan internasional. Menurut sejarah dan
sumber literature, tanaman lada termasuk tanaman yang banyak
dikembangkan di Indonesia berasal dari daerah Ghat Barat, India.
Buktinya pada tahun 100-600 SM banyak koloni Hindu yang datang ke
Indonesia. Diperkirakan mereka inilah yang membawa bibit lada pertama
kalinya ke Indonesia. Usaha lada sekarang banyak dilirik orang. Banyak
orang yang mengetahui bahwa usaha ini mempunyai prospek yang cerah.
Prospek ini didukung dengan adanya pasar yang terbuka baik didalam
maupun diluar negeri, serta harganya yang lumayan tinggi.
Beberapa tahun
terakhir luas pertanaman dan produksi lada Indonesia mengalami penurun
dengan produktivitas berkisar 0,8 kg/tanaman. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi penurunan tersebut antara lain: (1) harga lada yang kurang
menguntungkan karena biaya produksi tinggi, (2) serangan penyakit yang
sulit diatasi oleh petani, dan (3) lahan yang telah ditanami
betahun-tahun miskin akan bahan organik dan mikro-organisme berguna.
Selama ini petani masih menerapkan teknik budidaya lada tradisional
berdasarkan pengalaman dan informasi yang diperoleh secara turun
temurun. Dalam kegiatan budidaya petani: (a) tidak menggunakan pupuk
kandang (organik), padahal pupuk organik penting dalam hal perbaikan
sifat fisis, kimia dan biologi tanah, (b) dan hama penyakit yang
merupakan masalah krusial yang dikendalikan dengan pestisida kimiawi.
Praktek budidaya tersebut di atas tidak ramah lingkungan.
Budidaya Lada Ramah Lingkungan.
Budidaya lada ramah lingkungan merupakan proses kegiatan budidaya lada
yang memperhatikan kaidah-kaidah ramah lingkungan, meminimalisir
penggunaan bahan-bahan kimia serta tidak merusak lingkungan. Kegiatan
budidaya ramah lingkungan lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan
organik, menggunakan bahan-bahan yang tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan.
Paket teknologi
budidaya lada ramah lingkungan berbasis teknologi Biofob meliputi: 1.
Penggunaan bahan organic (OrganoTRIBA/OrganoTRIBA Plus), 2. Penggunaan
bibit sehat dan toleran penyakit (bibit BioFOB), dan 3. Penggunaan
pestisida organik atau agensi hayati untuk pengendalian hama penyakit
(Siori SPO, Mitol 20EC, BioTRIBA BT3) . Oleh karena itu di dalam
budidaya lada ramah lingkungan harus memasukkan ketiga komponen tersebut
untuk memberikan hasil yang optimal.
PEMBIBITAN DENGAN METODA Bio~FOB.
Bibit.
Bibit tanaman lada dapat dikembangbiakan dengan cara vegatif.
Pengembangbiakan vegetatif adalah cara memperbanyak bibit dari bagian
tanaman itu sendiri. Vegetatif tanaman lada dapat dilakukan dengan cara
stek batang. Bibit stek diperoleh dari potongan batang induk yang
berumur 8-12 bulan. Adapun bibit yang berasal dari induk yang berumur
lebih dari 12 bulan akan sulit (lambat) tumbuh karena batangnya telah
tua.
Penyemaian Bibit. Bibit lada asal stek sebaiknya
disemaikan terlebih dahulu. Tujuannya untuk menumbuhkan akar-akar lekat
di setiap ruas buku dan mengusahakan agar mata tunas baru bisa tumbuh.
Dengan tumbuhnya akar lekat dan tunas baru, bibit lebih cepat
beradaptasi di tempat yang baru sehingga dapat tumbuh dengan sempurna.
Pembibitan dengan teknik Biofob adalah untuk memperoleh bibit lada yang
berkualitas bebas dan relatif tahan terhadap penyakit, dengan prosedur
sebagai berikut :
- Bahan tanaman yang dapat digunakan adalah berasal dari : (a) kebun induk yang telah dibangun oleh penakar , (b) kebun unggul lokal milik dinas perkebunan setempat, (c) (d) lembaga penelitian lainnya dan (e) petani yang telah dibina oleh penakar, Lembaga penelitian atau dinas perkebunan setempat
- Apabila menggunakan bahan tanaman dari petani binaan maka diketahui asal usulnya dan varitas diusahakan seperti petaling, natar 1, natar2, LDL.
- Kebun lada yang dimaksud diutamakan yang belum berproduksi dan atau bebas dari gejala penyakit. Stek yang digunakan diambil bagian dari sulur panjat dan sudah berkayu.
- Setelah bahan tanaman tiba dari lapangan dalam keadaan segar, stek dipotong setiap 2 buku, kemudiaan dicelup kedalam larutan Bio-FOB EC selama 30 menit atau ujung atas dan bawah dioles/ditotol dengan formula BioFOB WP.
- Setelah 30 menit, stek dikeluarkan dari larutan Bio-FOB EC, ujung bawah dioles dengan Bio-FOB WP kemudiaan ditanam (dalam polybag) mengandung media tumbuh sebagai berikut: Organo-Triba (Pupuk organik yang telah diberi/diproses BioTRBA) + tanah + pasir (1:1:1). Apabila menggunakan formula BioFOB WP stek dapat ditanaman langsung pada palybag . Selajutnya bibit disimpan dalam rumah plastik/kaca atau sukup plastik dalam rumah atap paranet (intensitas cahaya 35%).
- Selama masa tersebut bibit disiram dengan air aqua setiap 3 – 7 hari, tergantung dari kelembaban dan sukup plastik dibuka setiap hari pada pukul 9.00 – 10.00. Untuk merangsang perakaran dapat disiram dengan larutan BioTRIBA 10% setiap 2 – 3 minggu sekali.
- Selama stek dalam polibag agar dimonitor setiap saat. Bibit yang kurang sehat dipisahkan dan dimusnahkan. Satu bulan setelah stek ditanam akan tumbuh tunas-tunas baru dan dikelompokkan, sehingga setiap kelompok akan seragam umurnya. Apabila sulur telah berdaun 2 -3 maka diberi tegakan dari bambu. Secara bertahap sungkup dibuka.
- Bibit siap salur setelah 3 – 4 bulan, setek telah tumbuh menjadi bibit lada telah menghasilkan buku/daun 7 -9 dan bibit siap tanaman dilapangan.
- Bahan dan alat digunakan antara lain adalah; 3 macam formula Bio-FOB, paranet 25- 35% cahaya, OrganoTRIBA (Pupuk organik yang telah diberi/diproses BioTRIBA) rumah kaca/plastic, pentuntunasan paranet 35%dan Mitol 20EC.
TAHAPAN BUDIDAYA
Pembukaan lahan
dilakukan dengan cara membersihkan semak-semak atau pohon. Kemudian
dilakukanpengajiran dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m, penanaman tiang
panjat hidup dan pembuatan lubang tanam 60 x 40 x 40 cm. Sebagai pupuk
dasar gunakan pupuk kandang yang telah diproses dengan menggunakan
decomposer BioTIBA BT1 dengan dosis 2 kg – 3 kg setiap lubang tanam.
Penanaman dilakukan setelah dua minggu pemberian pupuk dasar dengan
menggunakan bibit BioFOB . Untuk menekan pertumbuhan gulma dan
mengurangi dampak erosi dilakukan penanaman Arachis pintoii di antara
tanaman lada. Persaingan Arachis dengan tanaman lada dapat dilakukan
dengan cara pembokoran secara berkala.
Persiapan Tiang Panjat
Tiang panjat yang
digunakan untuk tanaman lada sebaiknya yang berdaun tidak terlalu rapat,
umumnya menggunakan tanaman dadap atau cebreng/gamal. Tanaman dadap
tidak dianjurkan sebagai tiang panjat karena mengeluarkan zat alelopaty
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok. Tinggi tanaman tiang
panjat 1.5 m di atas permukaan tanah.
Penanaman
Persiapan lahan
untuk penanaman dilakukan pada musim kemarau, lubang tanam disiapkan
dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm atau 25 x 25 x 25 Cm dengan jarak tanam 1 m
x 1,5 m untuk lada perdu, sedangkan jarak jarak tanam 2m x 2 m / 2,5m x
2,5 m untuk lada panjat. Pada waktu menjelang musimk hujan, setiap
lubang dicampur dengan lapisan tanah atas sampai terbentuk guludan di
atas lubang setinggi 15 – 20 Cm. Setelah cukup hujan, bibit ditanam
dengan satu ruas batang di bawahnya berada dalam lubang. Untuk lada
panjat cara menanamnya dimiringkan kea rah tiang panjat lebih kurang 15 °
C.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan untuk budidaya lada paket Bio~FOB
untuk pupuk anorganik dapat dikurangi 30 – 50% dari dosis anjuran
setiap lokasi. Untuk semulasi menggunakan dosis anjuran tanaman lada di
Lampung sebagai berikut (Tabel 1) :
Tabel 1. Contoh
simulasi penggunaan pupuk organoTRIBA/organoTRIBA Plus dan hayati
BioTRIBA BT2 dengan dosis anjuran pupuk an organic : Urea =
80g/phn/thn, SP-36 = 80g/ha/thn, KCL=110g/ha/thn dan Super Dolomit
=600g/phn/thn.
Jenis pupuk
|
Dosis (/phn/thn) 100% pupuk an organik tanpa OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2
|
Dosis (phn/thn) 70% pupuk an organik + pupuk organoTRIBA Plus/Biost dan hayati BioTRIBA BT2
|
Dosis (/phn/thn) 50% pupuk an organic + pupuk OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2
|
1. Urea
2. SP-36
3. KCL
4. Super Dolomit
5. Pupuk Organik
|
120g
120g
160g
600g
3000g
|
84g
84g
112g
420g
1000g
|
60g
60g
80g
300g
0g
|
1. OrganoTRIBA Plus/ OrganoTRIBA
2. Hayati BioTRIBA BT2
|
0 g
0 g
|
500g/2000g
40ml
|
900g/3000g
60ml
|
Keterangan:
· Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April)
· Aplikasi
hayati HatayiBioTRIBA BT2/Hayati Siori dilakukan setiap 3 – 4 bulan
sekali dengan dosis 10-20ml disiram pada panggal batang atau dibuat
lubang pada 4 titik pada setiap tanaman dan larutan Hayati BioTRIBA BT2
dimasukkan kedalam lubang tadi.
· Aplikasi
OrganoTriba Plus atau organoTRIBA dapat dilakukan bersamaan dengan
pupuk an organic dan hayati BioTRIBA BT2 1 minggu setelah pemupukan an
organik.
· OrganoTRIBA adalah pupuk organic yang diproduksi dengan menggunakan biodekomposer Biotriba BT1
· OrganoTRIBA
Plus adalah pupuk organic yang diproduksi dari mineral alam, protein
alam, bahan organik pilihan, mengandung hara lengkap, fitohormon, enzim
dan mikroba pemacu tumbuh.
Pengendalian Hama Penyakit.
Penyakit yang menyerang tanaman lada meliputi penyakit busuk pangkal batang yang disebabakan_oleh jamur P.Capsici, penyakit kuning yang sebabkan oleh nematoda R similis dan M. Incognita,
penyakit keriting yang disebabkan oleh virus, hama penggerek batang,
hama penghisap buah dan bunga lada. Berdasarkan pengalaman lapangan
apabila petani menggunakan paket BioFOB maka serangan hama penyakit
sangat berkurang . Untuk pengendalian Hama Penyakit lada ramah
lingkungan dilakukan secara kultur teknik dan pestisida atau agensi
hayati: Agensi hayati (BioTRIBA BT3, Beuveria bassiana). BioTRIBA BT3 mengandung Bacillus, Aspergillus dan Trichodema yang merupakan agen hayati penyakit tanaman. Beuveria bassiana mengendalikan
hama penghisap bunga dan buah lada. Penggunaan pestisida nabati/organic
seperti Mitol 20 EC untuk mengendalikan penyakit dan Siori untuk
mengendalikan hama. Beberapa bahan yang dapat digunakan dilapangan
seperti : ekstrak biji bengkuang, tepung cengkeh, ekstrak biji mimba dan
ekstrak akar tuba. Penggunaan paket teknologi budidaya lada ramah
lingkungan berbasis Teknologi BioFOB selain lingkungan dan produk lada
putih/hitam tidak mengandung residu pestisida sehingga akan
meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Info Pemesanan
Produk MEORI AGRO dapat dipesan melalui :
HP . 081381129082
Blog : rumahtani-meoriagro.blogspot.com
Twitter : @rumahtani_meori
Website : www.meori-agro.com
EmoticonEmoticon