Saturday, January 31, 2015

Budidaya Tanaman Lada Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio-FOB

PENDAHULUAN

Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah-rempah yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi tinggi dalam perdagangan internasional. Menurut sejarah dan sumber literature, tanaman lada termasuk tanaman yang banyak dikembangkan di Indonesia berasal dari daerah Ghat Barat, India. Buktinya pada tahun 100-600 SM banyak koloni Hindu yang datang ke Indonesia. Diperkirakan mereka inilah yang membawa bibit lada pertama kalinya ke Indonesia. Usaha lada sekarang banyak dilirik orang. Banyak orang yang mengetahui bahwa usaha ini mempunyai prospek yang cerah. Prospek ini didukung dengan adanya pasar yang terbuka baik didalam maupun diluar negeri, serta harganya yang lumayan tinggi.

Beberapa tahun terakhir luas pertanaman dan produksi lada Indonesia mengalami penurun dengan produktivitas berkisar 0,8 kg/tanaman. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut antara lain: (1) harga lada yang kurang menguntungkan karena biaya produksi tinggi, (2) serangan penyakit yang sulit diatasi oleh petani, dan (3) lahan yang telah ditanami betahun-tahun miskin akan bahan organik dan mikro-organisme berguna. Selama ini petani masih menerapkan teknik budidaya lada tradisional berdasarkan pengalaman dan informasi yang diperoleh secara turun temurun. Dalam kegiatan budidaya petani: (a) tidak menggunakan pupuk kandang (organik), padahal pupuk organik penting dalam hal perbaikan sifat fisis, kimia dan biologi tanah, (b) dan hama penyakit yang merupakan masalah krusial yang dikendalikan dengan pestisida kimiawi.
Praktek budidaya tersebut di atas tidak ramah lingkungan.

Budidaya Lada Ramah Lingkungan. 

Budidaya lada ramah lingkungan merupakan proses kegiatan budidaya lada yang memperhatikan kaidah-kaidah ramah lingkungan, meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia serta tidak merusak lingkungan. Kegiatan budidaya ramah lingkungan lebih mengutamakan penggunaan bahan-bahan organik, menggunakan bahan-bahan yang tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
Paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan berbasis teknologi Biofob meliputi: 1. Penggunaan bahan organic (OrganoTRIBA/OrganoTRIBA Plus), 2. Penggunaan bibit sehat dan toleran penyakit (bibit BioFOB), dan 3. Penggunaan pestisida organik atau agensi hayati untuk pengendalian hama penyakit (Siori SPO, Mitol 20EC, BioTRIBA BT3) . Oleh karena itu di dalam budidaya lada ramah lingkungan harus memasukkan ketiga komponen tersebut untuk memberikan hasil yang optimal.

PEMBIBITAN DENGAN METODA Bio~FOB.

Bibit. Bibit tanaman lada dapat dikembangbiakan dengan cara vegatif. Pengembangbiakan vegetatif adalah cara memperbanyak bibit dari bagian tanaman itu sendiri. Vegetatif tanaman lada dapat dilakukan dengan cara stek batang. Bibit stek diperoleh dari potongan batang induk yang berumur 8-12 bulan. Adapun bibit yang berasal dari induk yang berumur lebih dari 12 bulan akan sulit (lambat) tumbuh karena batangnya telah tua.
Penyemaian Bibit. Bibit lada asal stek sebaiknya disemaikan terlebih dahulu. Tujuannya untuk menumbuhkan akar-akar lekat di setiap ruas buku dan mengusahakan agar mata tunas baru bisa tumbuh. Dengan tumbuhnya akar lekat dan tunas baru, bibit lebih cepat beradaptasi di tempat yang baru sehingga dapat tumbuh dengan sempurna. Pembibitan dengan teknik Biofob adalah untuk memperoleh bibit lada yang berkualitas bebas dan relatif tahan terhadap penyakit, dengan prosedur sebagai berikut :

  1. Bahan tanaman yang dapat digunakan adalah berasal dari : (a) kebun induk yang telah dibangun oleh penakar , (b) kebun unggul lokal milik dinas perkebunan setempat, (c)  (d) lembaga penelitian lainnya dan (e) petani yang telah dibina oleh penakar, Lembaga penelitian atau dinas perkebunan setempat
  2. Apabila menggunakan bahan tanaman dari petani binaan maka diketahui asal usulnya dan varitas diusahakan seperti petaling, natar 1, natar2,  LDL.
  3. Kebun lada yang dimaksud diutamakan yang belum berproduksi dan atau bebas dari gejala penyakit. Stek yang digunakan diambil bagian dari  sulur panjat dan sudah berkayu.
  4. Setelah bahan tanaman tiba dari lapangan dalam keadaan segar, stek dipotong setiap 2 buku, kemudiaan dicelup kedalam larutan Bio-FOB EC selama 30 menit atau ujung atas dan bawah dioles/ditotol dengan formula BioFOB WP.
  5. Setelah 30 menit, stek dikeluarkan dari larutan Bio-FOB EC, ujung bawah dioles dengan Bio-FOB WP kemudiaan ditanam (dalam polybag) mengandung media tumbuh sebagai berikut: Organo-Triba (Pupuk organik yang telah diberi/diproses BioTRBA) + tanah + pasir (1:1:1). Apabila menggunakan formula BioFOB WP stek dapat ditanaman langsung pada palybag . Selajutnya bibit disimpan dalam rumah plastik/kaca atau sukup plastik dalam rumah atap paranet (intensitas cahaya 35%).
  6. Selama masa tersebut bibit disiram dengan air aqua setiap 3 – 7  hari, tergantung dari kelembaban dan sukup plastik dibuka setiap hari pada pukul 9.00 – 10.00. Untuk merangsang perakaran dapat disiram dengan larutan BioTRIBA 10% setiap 2 – 3 minggu sekali.
  7. Selama stek dalam polibag agar dimonitor setiap saat. Bibit yang kurang sehat dipisahkan dan dimusnahkan. Satu bulan setelah stek ditanam akan tumbuh tunas-tunas  baru dan dikelompokkan, sehingga setiap kelompok akan seragam umurnya. Apabila sulur telah berdaun 2 -3 maka diberi tegakan dari bambu. Secara bertahap sungkup dibuka.
  8. Bibit siap salur setelah 3 – 4 bulan, setek telah tumbuh menjadi bibit lada telah menghasilkan buku/daun 7 -9 dan bibit siap tanaman dilapangan.
  9. Bahan dan alat digunakan  antara lain adalah;  3 macam formula Bio-FOB, paranet 25- 35% cahaya, OrganoTRIBA (Pupuk organik yang telah diberi/diproses BioTRIBA)  rumah kaca/plastic, pentuntunasan paranet 35%dan  Mitol 20EC.

TAHAPAN BUDIDAYA
 
Pembukaan lahan dilakukan dengan cara membersihkan semak-semak atau pohon. Kemudian dilakukanpengajiran dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 m, penanaman tiang panjat hidup dan pembuatan lubang tanam 60 x 40 x 40 cm. Sebagai pupuk dasar gunakan pupuk kandang yang telah diproses dengan menggunakan decomposer BioTIBA BT1  dengan dosis 2 kg – 3 kg  setiap lubang tanam. Penanaman dilakukan setelah dua minggu pemberian pupuk dasar dengan menggunakan bibit BioFOB .  Untuk menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi dampak erosi dilakukan penanaman Arachis pintoii di antara tanaman lada. Persaingan Arachis dengan tanaman lada dapat dilakukan dengan cara pembokoran secara berkala.

Persiapan Tiang Panjat

Tiang panjat yang digunakan untuk tanaman lada sebaiknya yang berdaun tidak terlalu rapat, umumnya menggunakan tanaman dadap atau cebreng/gamal.  Tanaman dadap tidak dianjurkan sebagai tiang panjat karena mengeluarkan zat alelopaty  yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok.  Tinggi tanaman tiang panjat 1.5 m di atas permukaan tanah.

Penanaman

Persiapan lahan  untuk penanaman dilakukan pada musim kemarau, lubang tanam disiapkan dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm atau 25 x 25 x 25 Cm dengan jarak tanam 1 m x 1,5 m untuk lada perdu, sedangkan jarak jarak tanam 2m x 2 m / 2,5m x 2,5 m untuk lada panjat.  Pada waktu menjelang musimk hujan, setiap lubang dicampur dengan lapisan tanah atas  sampai terbentuk guludan di atas lubang setinggi 15 – 20 Cm.  Setelah cukup hujan, bibit ditanam dengan satu  ruas batang di bawahnya berada dalam lubang.  Untuk lada panjat cara menanamnya dimiringkan kea rah tiang panjat lebih kurang 15 ° C.

Pemupukan

Pupuk yang diberikan untuk budidaya lada paket Bio~FOB untuk pupuk anorganik dapat dikurangi 30 – 50% dari dosis anjuran setiap lokasi.  Untuk semulasi menggunakan dosis anjuran tanaman lada di Lampung sebagai berikut (Tabel 1)   :
Tabel 1. Contoh simulasi penggunaan pupuk organoTRIBA/organoTRIBA  Plus dan hayati BioTRIBA BT2  dengan dosis anjuran pupuk an organic : Urea = 80g/phn/thn, SP-36 = 80g/ha/thn, KCL=110g/ha/thn dan Super Dolomit =600g/phn/thn.
Jenis pupuk
Dosis (/phn/thn) 100% pupuk an organik  tanpa OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2
Dosis (phn/thn) 70% pupuk an organik + pupuk organoTRIBA Plus/Biost dan hayati BioTRIBA BT2
Dosis (/phn/thn)     50% pupuk an organic + pupuk OrganoTRIBA Plus dan hayati BioTRIBA BT2
1. Urea
2. SP-36
3. KCL
4. Super Dolomit
5. Pupuk Organik
120g
120g
160g
600g
3000g
84g
84g
112g
420g
1000g
60g
60g
80g
300g
0g
1. OrganoTRIBA Plus/  OrganoTRIBA
2. Hayati BioTRIBA BT2
0  g

0  g
500g/2000g

40ml
900g/3000g

60ml
Keterangan:
· Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April)
· Aplikasi hayati HatayiBioTRIBA BT2/Hayati Siori  dilakukan setiap 3 – 4 bulan sekali dengan dosis 10-20ml  disiram pada panggal batang atau dibuat lubang pada 4 titik pada setiap tanaman dan larutan Hayati BioTRIBA BT2 dimasukkan kedalam lubang tadi.
· Aplikasi OrganoTriba Plus atau organoTRIBA dapat  dilakukan bersamaan dengan pupuk an organic dan hayati BioTRIBA BT2  1 minggu setelah pemupukan an organik.
· OrganoTRIBA adalah pupuk organic yang diproduksi dengan menggunakan biodekomposer Biotriba BT1
· OrganoTRIBA Plus adalah pupuk organic yang diproduksi dari mineral alam, protein alam, bahan organik pilihan, mengandung hara lengkap, fitohormon, enzim dan mikroba pemacu tumbuh.

Pengendalian Hama Penyakit.
 
Penyakit yang menyerang tanaman lada meliputi penyakit busuk pangkal batang yang disebabakan_oleh jamur P.Capsici, penyakit kuning yang sebabkan oleh nematoda R similis dan M. Incognita, penyakit keriting yang disebabkan oleh virus, hama penggerek batang, hama penghisap buah dan bunga lada. Berdasarkan pengalaman lapangan apabila petani menggunakan paket BioFOB maka serangan hama penyakit sangat berkurang . Untuk pengendalian Hama Penyakit lada ramah lingkungan  dilakukan secara kultur teknik dan pestisida atau agensi hayati: Agensi hayati (BioTRIBA BT3, Beuveria bassiana). BioTRIBA BT3 mengandung Bacillus, Aspergillus dan Trichodema  yang merupakan agen hayati penyakit tanaman.  Beuveria bassiana mengendalikan hama penghisap bunga dan buah lada. Penggunaan pestisida nabati/organic seperti Mitol 20 EC untuk mengendalikan penyakit dan Siori untuk mengendalikan hama. Beberapa bahan yang dapat digunakan dilapangan seperti : ekstrak biji bengkuang, tepung cengkeh, ekstrak biji mimba dan ekstrak akar tuba. Penggunaan paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan berbasis Teknologi BioFOB selain lingkungan dan produk lada putih/hitam  tidak mengandung residu pestisida sehingga akan meningkatkan daya saing di pasar internasional.

 Info Pemesanan 

Produk MEORI AGRO dapat dipesan melalui :
HP . 081381129082
Blog : rumahtani-meoriagro.blogspot.com
Twitter : @rumahtani_meori
Website : www.meori-agro.com






EmoticonEmoticon